BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
dunia bisnis beberapa tahun ini sangatlah cepat dan membuat pihak-pihak yang terlibat
didalamnya harus bekerja keras agar keberadaanya tetap diakui oleh pelanggan
mereka. Dalam usahanya menuju perusahaan yang kuat, para pengambilan keputusan
(Chief Executif Officer) didalam perusahaan diwajibkan untuk merubah cara
berfikir hanya untuk mencari keuntungan semata, saat ini mereka harus berfikir
secara strategik karena seperti dikatakan oleh jendral Karl von Clausewitz pada
tahun 1831 dalam bukunya “On War”, bahwa bisnis adalah sebuah peperangan.
Dalam upaya mencapai keberhasilan,
para manajer sangat menyadari pengaruh dari lingkungan perusahaan.Perusahaan
dihubungkan dengan elemen-elemen dalam lingkungannya melalui arus sumber daya
fisik maupun konseptual.Perusahaan berusaha memperoleh keunggulan dengan
mengelola arus sumber daya, termasuk informasi dengan mempunyai peran yang
eksekutif.
Sistem Informasi eksekutif (EIS)
adalah satu jenis dari manajemen informasi sistem dimaksud untuk memudahkan dan
mendukung keterangan dan pembuatan keputusan kebutuhan dari eksekutif senior
dengan menyediakan kemudahan akses terhadap keduanya internal dan eksternal
keterangan relevan untuk bertemu gol strategis dari organisasi. Ini biasanya
dipertimbangkan sebagai satu bentuk dikhususkan dari satu sistem mendukung
keputusan (DSS). Pengertian Eksekutif merupakan pelaksana atau yang bertindak
untuk melaksanakan suatu system informasi. Contoh : Direktur, kepala-kepala
bagian, presiden atau gubernur bagian.
B.
Pembatasan masalah
Penulisan makalah sederhana ini
hanya dibatasi berkaitan dengan “ Peranan Eksekutif dalam Mengarahkan
Perusahaan Melalui Persaingan dalam Perencanaan Jangka Panjang ”. dan korelasi
dengan hal – hal yang terkait tanpa menghilangkan esensi peranan, dan fungsi
eksekutif itu sendiri.
C.
Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Penjelasan tentang peranan eksekutif
dalam perusahaan
2.
Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen
1.
Sebagai bahan bacaan dan referensi
tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan untuk berbagai
keperluan.
BAB II
PEMBAHASAN
Eksekutif adalah salah satu cabang
pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan bertanggungjawab untuk menerapkan
hukum. Figur paling senior dalam sebuah cabang eksekutif disebut kepala
pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk kepada administrasi, dalam sistem
presidensiil, atau sebagai pemerintah, dalam sistem parlementer.
Tugas para eksekutif dan pemilik
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya agar lebih baik ke depannya dalam jangka
panjang adalah :
1) Mengelola
SDM, dimana
seorang pebisnis dapat menyelesaikan segala sesuatu melalui orang lain atau
bagaimana mempengaruhi orang lain ( SDM ) agar dapat melaksanakan apa yang
diperintahkan
2) Membuat keputusan tentang sumber
daya dan operasi, bagaimana
mengelola sumber daya-sumber daya ekonomi dan mengelolanya menjadi lebih baik,
dan pertimbangan dengan kebijakan eksternal seperti aturan-aturan dari
Pemerintah.
3) Mengelola keuangan dan pelaporannya, dimana setiap aktifitas
pemasukan atau pengeluaran, serta harta serta hutang dan modal, dibuat
pelaporannya agar semuanya dapat termonitor dengan baik, sehingga dapat di
ketahui kerugian atau keuntungan suatu bisnis.
4) Pengelolaan
penjualan dan pemasaran,dimana
kita ketahui penjualan dan pemasaran produk merupakan urat nadi dalam perusahaan
atau bisnis. Tanpa kesuksesan penjualan atau pemasaran, maka perusahaan tidak
akan dapat mencapai tujuannya, yaitu laba.
5) Mengarahkan
bisnis ke depan, melakukan
perencanaan strategis yang merupakan piranti utama untuk pengelolaan
aspek-aspek jangka panjang dalam bisnis dan cara peningkatan produktifitas,
perbaikan kualitas serta pengelolaan informasi.
Eksekutif harus mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan peran komputer dalam sistem informasi
mereka. Langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1) Menyimpan inventarisasi dari
transakasi informasi yang masuk, yaitu memelihara record data dan menyimpan ke
database, dan dapat dibuat laporan.
2) Merangsang terjadinya sumber yang
bernilai tinggi. Dengan adanya sumber yang bernilai tinggi maka eksekutif mengkomunikasikan
sumber tersebut ke setiap anggota dengan melakukan konferensi.
3) Mengambil manfaat dari peluang yang
ada, ketika informasi datang, eksekutif harus dapat memperolehnya.
4) Menyesuaikan sistem dengan kebutuhan
perorangan, eksekutif menggunakan gaya atau cara pengumpulan informasi yang
berbeda.
5) Memanfaatkan teknologi, memanfaatkan
staf pelayan informasi untuk mengembangkan sistem dalam perusahaan itu sendiri.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu,
dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat
berjalan.
ü Tujuan perencanaan
Rencana dapat berupa rencana informal atau
rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan
merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal
adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka
waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi,
artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana
formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang
apa yang harus dilakukan.
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan banyak tujuan
perencanaan.
a.
Tujuan
pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan
nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka
capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual
mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi
kurang efesien.
b.
Tujuan
kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat
rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan,
memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.
c.
Tujuan
ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan
terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan.
Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan
menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
d.
Tujuan
yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam
fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses
pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan
kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai
kinerja perusahaan.
Selain keempat hal tersebut, sebagian besar menunjukan adanya hubungan
antara perencanaan dengan kinerja perusahaan. Perencanaan terdiri dari dua
elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).
·
Sasaran
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh
individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan.
Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur
suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil. Stated goals
adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti
ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas, atau
pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini
bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan
stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang sbenar-benar
dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari
tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan
organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan
tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran
umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals)
yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak
buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena
mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada
proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali, atasan memberikan
sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti "tingkatkan kinerja,"
"naikkan profit," atau "kembangkan perusahaan," sehingga
bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi
maksud sasaran itu.
·
Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang
digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup
alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana
dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang
berlaku diseluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah
rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat
dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka
panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun,
rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun.
Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki
intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi
rencana direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana
yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang
manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%." Manajer
tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana
seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan
rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan
profit 15%," ia juga memberikan perintah mendetail, misalnya dengan
memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi
penggunannya, yaitu single use atau standing. Single-use plans adalah rencana yang
didesain untuk dilaksanakan satu kali saja. Contohnya adalah "membangun 6
buah pabrik di China atau "mencapai penjualan 1.000.000 unit pada tahun
2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang berjalan selama
perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur,
peraturan, kebijakan, dan lain-lain.
ü Elemen perencanaan
Pendekatan kedua disebut dengan management by
objective atau MBO. Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak
ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan
karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan
begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan
meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi
dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga
kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua,
adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa
memedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang
bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan
sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
ü Perencanaan Strategis
Perencanaan
jangka panjang juga dikenal sebagai perencanaan
strategis karena mengidentifikasi tujuan-tujuan yang akan memberi
perusahaan posisi yang paling menguntungkan dalam lingkungannya, serta
menentukkan strategi-strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Pentingnya
perencanaan strategis pada manajemen tingkat atas merupakan alasan Robert
Anthony menamakan tingkatan ini tingkat perencanaan strategis. Ketika
perusahaan mengorganisasikan para eksekutifnya ke dalam suatu komite eksekutif,
kelompok inilah yang pasti akan memikul tanggung jawab perencanaan strategis.
ü Perencanaan Strategis Sumber Daya
Informasi
Selama
beberapa tahun terakhit, jasa informasi mungkin telah mencurahkan lebih banyak
perhatian pada perencanaan strategis daripada sebagian besar bidang yang
lain. Istilah untuk menggambarkan aktivitas ini awalnya adalah transformasi
kumpulan strategi (strategy set
transformation). Istilah yang lebih baru, yaitu perencanaan stretegis
sumber daya informasi ( strategic
planning for information resources) telah menjadi populer.
ü Transformasi
Kumpulan Strategi
Ketika jasa informasi mulai mengembangkan rencana-rencana
strategis, pendekatan yang dianjurkan adalah mendasarkan rencana tersebut
sepenuhnya pada tujuan strategis perusahaan, yang diistilahkan dengan kumpulan strategis organisasi (organizational strategy set). Langkah
kedua, yang terpisah, adalah rencana jasa informasi yang dibuat untuk mendukung
tujuan perusahaan.Rencana jasa informasi itu disebut kumpulan strategis SIM (MIS
strategy set), dan terdiri dari sejumlah tujuan, kendala, dan strategi.
Pendekatan ini, yang dinamakan transformasi
kumpulan strategi (strategy set
transformation). Kekurangan dasar dalam transformasi kumpulan strategi
aadalah kenyataan bahwa bidang-bidang fungsional tidak selalu memiliki sumber
daya untuk menjamin tercapain tujuan strategis perusahaan.Namun, pendekatan ini
masih dipakai bahkan oleh perusahaan-perusahaan yang sangat berhasil.
ü Konsep Rencana Dan Strategis
Manajemen
Rencana strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka
panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan kemana perusahaan akan
diarahkan, dan bagaimana sumber daya
dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam
berbagai kemungkinan keadaan lingkungan. Terdapat tahap-tahap perkembangan
konsep dalam perencanaan jangka panjang, yaitu :
1. Tahap 1 , Anggaran dan pengawasan
keuangan. Tahap ini menggunakan anggaran jangka panjang sebagai alat
perencanaan dan pengendalian. Tindakan manajerial didasarkan pada proyeksi
jangka pendek dan berorientasi pada fungsi bisnis dengan asumsi lingkungan
stabil.
2. Tahap 2 , Perencanaan jangka panjang.
3. Tahap 3 , Perencanaan strategis bisnis. Perhatian manajemen
beralih dari fungsi internal perusahaan ke lingkungan eksternal perusahaan.
Akibatnya berkembang disertifikasi usaha, ada segmentasi usaha, unit usaha
otonom yang disebut satuan strategis bisnis.
4. Tahap 4, Perencanaan strategis
perusahaan. Ini diperlukan untuk mengurangi konflik internal.
5. Tahap 5, Manajemen strategis.
Perencanaan strategis diintegrasikan bukan hanya dalam subsistem adminitrasi semata, melainkan pula
berbagai subsistem dalam proses manajemen
lainnya.
ü Manfaat dan Peranan Eksekutif dalam
Perusahaan
a. Menentukan batasan usaha/bisnis. Memilih
fokus bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan
manajemen.
b. Memberikan arah perusahaan.
Menentuan batasan usaha dan arah perusahaan merupakan dua sisi dari satu mata
uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar
penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan dalam menghadapi
perubahan lingkungan.
c. Mengarahkan dan membentuk kultur
perusahaan. Rencana strategis menunjang pengarahan dan pembentukan budaya
perusahaan lewat proses interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.
d. Menjaga kebijakan yang taat asas dan
sesuai.
e. Menjaga fleksibilitas dan stabilitas
operasi.
f. Memudahkan penyusunan rencana
kegiatan dan anggaran tahunan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keunggulan bersaing akan
tercipta bila kinerja perusahaan baik dimana kinerja perusahaan ini dipengaruhi
oleh perencanaan stratejik. Semakin baik perencanaan stratejik suatu perusahaan
akan meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya dapat menciptakan
keunggulan bersaing. Sedangkan perencanaan stratejik dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu :
1. Faktor
Manajerial
Faktor manajerial mempunyai tiga
indikator yang signifikan dalam mempengaruhi perencanaan stratejik yaitu:
keahlian manajerial, keyakinan manajerial dan profesionalitas staff. Ketiga
indikator dari faktor manajerial bila diurutkan berdasarkan kuat pengaruhnya
adalah sebagai berikut keyakinan manajerial, keahlian manajerial dan
profesionalitas staff. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manajerial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan stratejik.
2. Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai tiga
indikator yang signifikan dalam mempengaruhi perencanaan stratejik yaitu :
kompleksitas lingkungan (environmental complexity), perubahan lingkungan
(environmental dynamism) dan, dukungan lingkungan (environmental
munifence). Dari ketiga indikator dari faktor lingkungan bila diurutkan
berdasarkan kuat pengaruhnya adalah sebagai berikut kompleksitas lingkungan,
perubahan lingkungan dan dukungan lingkungan.
3. Kultur
Organisasi
Kultur organiasi mempunyai tiga
indikator yang signifikan dalam mempengaruhi perencanaan stratejik yaitu :
Keterlibatan, Konsistensi, dan komitmen organisasi. Dari ketiga indikator dari
faktor lingkungan bila diurutkan berdasarkan kuat pengaruhnya adalah sebagai
berikut konsistensi, keterlibatan dan komitmen organisasi.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan
kompetitif ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki
pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu
melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain.
Perusahaan
juga dapat mencapai keunggulan eksekutif dengan memproduksi marjin yang lebih
bsar dari pesaingnya.Marjin tersebut adalah nilai lebih produk atau jasa
dibandingkan biayanya. Eksekutif sering dikaitkan dengan perencanaan jangka
panjang dan berorientasi pada kesejahteraan perusahaan.
Mengarahkan bisnis ke depan, melakukan perencanaan strategis yang
merupakan piranti utama untuk pengelolaan aspek-aspek jangka panjang dalam
bisnis dan cara peningkatan produktifitas, perbaikan kualitas serta pengelolaan
informasi.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar